“Sesungguhnya rahmat Allah Swt amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)
.
Assalaamu’alaikum wa rahmatullaah wa barakatuh,
kisah antara Nabi Muhammad saw dengan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.
kisah antara Nabi Muhammad saw dengan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.
.
Pada suatu hari Rasulullah saw bertamu ke
rumah Abu Bakar Ash-Shidiq. Ketika sedang ngobrol dan temu kangen
dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui bergaya preman
dan langsung mencela Abu Bakar. Makian kotor serta umpatan-umpatan kasar
keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tdk menghiraukannya. Ia
melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah
memberikan senyum terindahnya kepada Abu Bakar.
.
Merasa tidak berhasil dan dicuekin, orang
Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya
lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya,
kembali Abu Bakar tidak menghiraukannya dan tetap membiarkan orang
tersebut memaki. Rasulullah kembali memberikan senyum terindahnya.
Merasa makin dikacangin, maka semakin menjadi-jadi lah kemarahan orang
Arab Badui ini.
.
Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu
Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia
biasa yg memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya.
Dibalasnya makian orang Arab Badui itu dengan makian pula. Terjadilah
perang mulut, seketika juga nama-nama satu isi kebun binatang keluar
semua, dari mulai kucing, kelinci sampai onta. Seketika itu juga,
Rasulullah beranjak dari tempat duduknya dan langsung meninggalkan Abu
Bakar tanpa mengucapkan salam.
.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu
Bakar sadar dengan kesalahannya dan langsung berlari mengejar Rasulullah
yg sudah sampai halaman rumah. Kemudian, Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, jika aku berbuat kesalahan, mohon jelaskan dan maafkan kesalahanku. Jangan biarkan aku dalam kebingungan.” Rasulullah lalu menjawab, “Sewaktu
orang Arab Badui itu datang lalu mencelamu dan kamu tidak mnanggapinya,
aku tersenyum karena banyak malaikat di sekelilingmu yang akan
membelamu di hadapan Allah.”
.
Beliau melanjutkan, “Begitu pun yang
ke-dua kali ketika ia terus menghinamu dan kamu tetap membiarkannya,
maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya di sisimu. Oleh
sebab itu, aku semakin tersenyum. Namun, ketika yang ke-tiga kali ia
menghinamu dan kamu menanggapinya serta kamu membalas makiannya, maka
seluruh malaikat pergi meninggalkanmu, dan hadirlah iblis di sisimu
untuk semakin memanasimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan
dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepada kamu.”
.
Sabar Dan Selalu Berbuat Baik
Islam adalah agama yang damai dan penuh
keindahan. Islam mengajarkan umatnya agar terus menerus berbuat kebaikan
kepada sesama manusia tanpa mempedulikan asal usul, status sosial,
agama, jenis kelamin, dsb. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an,“Dan
berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil (orang yang bepergian) dan hamba sahayamu
(pembantu).” (QS. An-Nisa [4]: 36).
..
Ayat ini mengajarkan untuk selalu berbuat
baik kepada siapapun tanpa memandang faktor-faktor darimana orang itu
berasal, seberapa kaya orang tersebut, apa jenis kelamin orang yang
bersangkutan, dsb. Hal yang lumrah ada kalanya dalam hidup ini kita
menemui tantangan luar biasa yang tak diinginkan, seperti dibenci banyak
orang atas niat tulus dan perbuatan baik yang kita lakukan atau mungkin
“ditusuk” dari belakang oleh teman-teman maupun keluarga dekat kita
sendiri. Ironis bukan?
.
Bagi seorang pelajar atau mahasiswa,
mungkin saja ada teman sekelas yang tidak suka dan berusaha menjatuhkan
kita dengan berbagai cara, termasuk mungkin memfitnah atau menyebar isu
yang tidak benar. Bagi seorang karyawan, mungkin saja sesama teman di
kantor saling berusaha menjatuhkan dan dibuat agar nama kita jelek di
depan bos dan tidak jadi dipromosikan. Bagi seorang pebisnis, mungkin
saja pesaing kita melakukan cara-cara yang kotor dan bisnis yang tidak
beretika. Setiap orang, tidak peduli apa profesi dan pekerjaannya, pasti
akan menemu hal-hal seperti itu. Hidup itu keras bung!
.
Saran saya kepada orang-orang seperti
ini: jangan dibalas perbuatan jahat mereka! Karena kalau kita balas, ya
berarti kita sama saja dengan mereka. Sama-sama sakit!! hehe… Tapi
balaslah segala kejahatan yang orang lain lakukan kepada kita dengan
kebaikan. Allah Swt telah mengajarkan di dalam Al-Qur’an, “Balaslah perbuatan buruk mereka dengan yg lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 96).
.
Hadapi saja semua tantangan dan masalah
yang kita hadapi dalam hidup ini dengan penuh syukur. Karena memang
begitulah kehidupan berjalan. Terkadang berada di atas dan di lain waktu
berada di bawah. Terkadang, perbuatan baik yang kita lakukan malah
dibalas dengan kejahatan oleh orang lain. Oleh karenanya, manakala kita
melakukan sesuatu, jangan pernah berharap bahwa kita akan memperoleh
sambutan hangat atau balasan yang serupa dari orang yang bersangkutan.
Karena jika itu yg terjadi, bersiap-siaplah kita merasakan kekecewaan
yang dalam.
Watak manusia sungguh beragam dan tak
mesti sehaluan dengan apa yang kita inginkan. Pastinya kita menginginkan
setiap orang berbuat baik kepada kita kan? Sayangnya dunia tidak
selebar daun kelor (ga nyambung). Semua sikap yang tidak mengenakkan
dari manusia, baik ataupun buruk, terimalah dengan penuh kesabaran.
Bilamana kita mengindahkan ajaran Islam, balaslah dengan yg terbaik.
Namun, bilamana membalas keburukan itu dengan kebaikan masih sulit dan
berat, biarkan saja mereka. Jangan sekalipun kita terprovokasi. Inget
selalu pepatah ini: “Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.”
.
Contoh nyata dari kesabaran menghadapi
orang lain adalah apa yg ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dalam dakwah
beliau kepada kafir Quraisy di Makkah. Nabi Muhammad yang diutus oleh
Allah SWT untuk menyucikan jiwa-jiwa kotor, hati kusam, dan mengajarkan
akhlak karimah bukannya disambut dengan baik. Tapi malah dicemooh,
dihina, difitnah, dan dihujat. Tidak jarang, bahkan beliau dilempari
tulang belulang, kotoran unta dan diludahi ketika beribadah di Ka’bah.
Namun, apakah beliau membalas semua tindakan keji itu dgn tindakan yang
sama? Ternyata tidak!
Dalam peristiwa Thaif, ketika Rasulullah
SAW datang bersama para sahabat mencari perlindungan, beliau malah
dilempari batu hingga berdarah. Dalam kondisi yang demikian, ternyata
bukan kemarahan dan dendam yang ditunjukkan Rasulullah saw. Beliau malah
mendoakan orang-orang yg melemparinya agar segera mendapat hidayah dari
Allah SWT. Padahal, para malaikat yg diutus oleh Allah SWT telah
menawarkan kepada beliau untuk menghukum mereka. Ibaratnya kalau
Rasulullah bilang “iya” saja kepada malaikat, maka itu orang-orang yang
berbuat jahat kepada Rasulullah akan langsung dijadiin tempe mendoan
semuanya alias benyek.
.
Tapi Rasulullah SAW menolak tawaran
tersebut, malah beliau berbuat kebaikan kepada orang-orang yg menzalimi
tersebut dengan mendoakan mereka agar mendapat hidayah. Terbukti,
sebagian besar dari mereka memeluk agama Islam dan menjadi pembela
Rasulullah paling depan di medan-medan perang. Subhanallah.. Inilah
kehebatan dari seorang Nabi Muhammad saw yang membalas kejahatan dengan
penuh kebaikan, dan akhirnya justru malah kemenangan yang didapat, yaitu
orang-orang yang tadinya kafir dan memusuhi, malah berbalik memeluk
agama Islam karena akhlak terpuji yang ditunjukkan oleh Rasulullah.
.
Tidak salah memang bahwa Nabi Muhammad saw adalah contoh manusia terbaik yang harus kita ikuti. “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:21).
.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw membuat saya teringat dengan istilah yang sangat menarik, “you may lose the battle but you win the war”. Kata battle di sini diistilahkan sebagai perang kecil dan war adalah
sebuah perang yang lebih besar. Inilah yang disebut mengalah untuk
menang. Kita sering mengartikan bahwa yang namanya mengalah itu ya
berarti kalah, padahal tidak demikian. Mengalah bukan berarti kalah,
namun mengalah untuk merangkul dan selanjutnya untuk menang.
.
Dalam cerita di atas tadi, Nabi Muhammad saw boleh saja kalah dalam battle (pertempuran kecil), namun beliau menang mutlak dalam war (perang yang lebih besar). Kekalahan battle Rasulullah
adalah beliau dimaki-maki, dilempari batu bahkan diludahi setiap
harinya. Tapi Rasululah menahan diri untuk tidak membalas karena beliau
tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dia perjuangkan,
yaitu tugas utamanya berada di muka bumi ini untuk memperbaiki akhlak
manusia dan menyiarkan syiar Islam seluas-luasnya sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta).
.
Lalu akhirnya jelas sekali, kemenangan war Rasulullah
adalah pada akhirnya orang-orang yang tadinya membenci dan memusuhi,
bahkan ingin membunuh beliau, malah mengucapkan syahadat, memeluk agama
Islam dan menjadi tameng-tameng hidup yang paling setia bagi Rasulullah
saw dalam setiap perang. Inilah kemenangan besar Nabi Muhammad saw yang
berhasil menjalankan misinya di muka bumi yang menyiarkan syiar Islam
dan membuat para pembencinya memeluk agama Islam atas kesadaran sendiri
dikarenakan perbuatan baik yang dicontohkan Rasulullah saw.
.
Allah Swt Maha Adil
Islam adalah agama yang sangat menjunjung
tinggi keadilan. Allah Swt juga memiliki nama lain yang berhubungan
dengan keadilan seperti Al-‘Adl (Yang Maha Adil) atau Al-Hakim
(Yang Maha Menghakimi). Di dalam Al-Qur’an sendiri juga dijelaskan
bahwa segala perbuatan, baik ataupun buruk, sekecil apapun, pasti akan
mendapat ganjaran dari Sang Maha Kuasa.
.
“Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrah (biji atom), niscaya dia akan menerima
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah
(biji atom) pun, niscaya dia akan menerima (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah [99]:7-8)
.
Jadi, Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian,
jangan khawatir untuk selalu berbuat baik. Kita harus meyakini bahwa
Allah Maha Adil dan segala perbuatan kita pasti akan ada balasannya,
baik di dunia ataupun di akhirat nanti. Jika kita berbuat baik, tentunya
kebaikan pula balasan yang akan diberikan oleh Allah Swt. “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula.” (QS. Ar-Rahman [55]: 60).
.
Maka dari itu berbuat baiklah kepada
siapapun, bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita.
Mengapa? Karena kebaikan tersebut dilipatgandakan di sisi-Nya. Hal ini
dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “Mereka itu diberi pahala dua kali
lipat disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan
kebaikan dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka,
mereka nafkahkan.”(QS. Al-Qashash [28]:54)
.
Coba perhatikan juga ayat ini, “Siapa
yang datang membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada
kebaikannya itu; dan siapa yang datang membawa kejahatan, tidaklah
diberi balasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu,
melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (SQ. Al-Qashash [28]:84)
.
Dalam ayat di atas jelas bahwa segala
kebaikan akan mendapat balasan yang lebih baik dan setiap kejahatan
dibalaskan setimpal dengan apa yang dilakukan. Di sinilah letak kebaikan
dan keadilan Allah Swt. Dia memberikan ganjaran yang lebih kepada
orang-orang yang berbuat kebaikan. Namun untuk pelaku kejahatan dibalas
setimpal dengan kejahatannya. Allah SWT tidak menzolimi sedikitpun
terhadap orang-orang yang berbuat jahat.
.
Akhirnya… Selamat berbuat kebaikan…
Dimanapun, kapanpun,dan kepada siapapun… Mengenai balasannya, serahkan
kepada Allah, Dia-lah hakim yang paling adil di sejagat bumi.
.
Sungguh bermanfaat bukan? menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk menjadi hamba Allah yang lebih baik O:) semoga saya bisa seperti Mas @MuhammadAssad Yang bisa memberi wawasan yang super bermanfaat dan pencerahan hati O:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar